Revolusi Industri 4.0 di Perpustakaan

Saat ini perubahan besar dan mendasar terjadi hampir di setiap bidang kehidupan. Perubahan yang terjadi memberi peluang sekaligus tantangan pada setiap institusi negara termasuk perguruan tinggi. Memasuki abad ke-21, peradaban manusia telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0. Era ini dicirikan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi hampir di semua elemen kehidupan. Dengan terhubungnya perangkat pintar dari smartphone, smarthome, asisten virtual, hingga mesin produksi yang ada di pabrik-pabrik menandakan era baru sudah di ambang pintu, Internet of Things (IoT) telah berkembang secara masif. Keberadaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), big data, layanan berbasis cloud, dan alat-alat cerdas, sebagai ciri dari Revolusi Industri 4.0 akan membuat banyak perubahan dunia pendidikan.

Perpustakaan sebagai simbol peradaban, telah mengalami beberapa kali evolusi dalam perkembangannya. Semula perpustakaan berfokus pada koleksi pustaka dan layanan, kini telah bergeser pada nilai tambah yang ditawarkan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi dalam masyarakat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Tantangan Perpustakaan dan Pustakawan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0”. Kegiatan seminar ini  diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 30 April 2019 pada pukul  08.30 – 12.00 WIB. Bertempat di Ruang Seminar Lantai III, UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.

Pemateri dalam seminar ini adalah Ismail Fahmi, PhD. (Founder Media Kernels Indonesia, Inisiator Indonesia Digital Library Network; Inisiator Indonesia One Search) dan Drs. Ida Fajar Priyanto, MA., PhD. (Dosen Manajemen Informasi dan Perpustakaan, Sekolah Pascasarjana UGM). Dalam kesempatan ini pembicara pertama (Ismail Fahmi, PhD.) menjelaskan panjang lebar tentang big data. Di samping itu beliau memberikan ilustrasi bahwa pada saat ini banyak masyarakat yang telah menjadi bagian dari industri 4.0, lebih mudahnya diartikan segala sesuatu tersambung dengan internet.

Namun, di dunia perpustakaan meskipun sudah menjadi bagian dari industri 4.0 (misal koleksi sudah ada dalam bentuk digital) ternyata belum semua layanannya mencerminkan bagian dari industri 4.0. Beliau menyarankan sebaiknya untuk koleksi digital perpustakaan menggunakan sistem open access. Jikalau informasi mudah didapat maka kekawatiran akan penyalahgunaan informasi bisa diminamalisir, misalnya dengan membuat nilai 0 secara ekonomi.

Pembicara kedua (Drs. Ida Fajar Priyanto, MA., PhD.) menyampaikan bahwa saat ini ada dua kehidupan yang diselami secara bersamaan, yaitu industry 4.0 dan society 5.0 sehingga muncullah revolusi koneksitas. Dalam dunia pendidikan learning style berubah dari tekstual ke visual. Untuk menghadapi perubahan ini pustakawan harus mampu belajar ilmu-ilmu di luar ilmu perpustakaan. Misalnya desain grafis, agar menunjang layanan sesuai gaya pemustaka. Kecenderungan pemustaka menggunakan mesin pencari lain beralih ke aplikasi perpustakaan jika dirasa lebih memudahkan. Beliau juga memberikan ilustrasi bagaimana jika di perguruan tinggi seni pada saat mahasiswanya berkarya (karya seni maupun karya tulis) dibuat dalam format video. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa tantangan pustakawan di era industri 4.0 adalah kesadaran untuk memperluas pengetahuan, peningkatan ketrampilan TI, memperluas partnership (kerja sama), responsif dengan TI, dan  mampu berbicara di depan masyarakat (agen pembaharu).



 
Open chat
1
Ada Yang Bisa Kami Bantu ?
Kami Siap Membantu Anda. Sampaikan pertanyaan, saran, dan kritik kepada kami.