[vc_row][vc_column width=”1/2″][vc_single_image image=”16016″ img_size=”medium” alignment=”center” css_animation=”bounceInLeft”][/vc_column][vc_column width=”1/2″][vc_column_text]
Buku ini dapat Anda baca di UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta dengan diskripsi
Call Number : 294.592 3 Nee m
Pengarang : Anand Neelakantan
Penerbit : Javanica
Tahun Terbit : 2019
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Mahabharata, epos terbesar sepanjang masa, sering kali dipahami sebagai cerita tentang kebaikan (Pandawa) melawan kejahatan (Kurawa). Tetapi sejarah ditulis oleh pemenang. Bagaimana jika Kurawa menyimpan kisah yang luput dari kita? Di India, terdapat 1.260 versi Mahabharata. Di jagat pewayangan, ceritanya pun sangat beragam. Ada bagian Mahabharata karya Abiyasa yang lama hilang, yang ditulis dari sudut pandang Kurawa. Jaimini, murid Abiyasa, menulis kepahlawanan Duryudana. Hanya satu bagian dari versi tersebut, Aswatama Parwa, yang tersisa. Pada abad 2, pujangga Bhasa menulis Urubangga, yang memuja Duryudana. Pun ada beberapa cerita rakyat di India selatan yang menempatkan Duryudana sebagai pemimpin mulia, yang berani melawan tatanan kasta yang semena-mena.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]